Aku berkesempatan untuk berlibur ke Jepang –bagiku adalah negara teknologi tercanggih saat ini– selama 10 hari lamanya. Jepang merupakan negara pertama yang ingin aku kunjungi semenjak aku kecil. Dewasa ini kemauan dan impian itu semakin bertambah dan tak terukur. Dan alhasil impianku ini menjadi kenyataan. Aku bisa pergi ke jepang, tanpa biaya sepeser pun dari kantong kresek milikku. Ini sungguh membahagiakan hatiku.
Pada waktu itu hari selasa sore, aku bersiap untuk keberangkatanku dengan penerbangan Garuda Indonesia yang bernomorkan GA331 dari Surabaya ke Tokyo, tepatnya ke bandara Narita. Penerbangan ini menelan uang sebesar 1,596 USD. Hatiku sungguh menggelora bak hujan di pagi hari yang cerah. Suasana sore itu bagaikan pagi buta aku terbangun oleh kemercik air yang membasahi daun-daun pohon dan rerumputan. Ketika berkemaspun pikiranku sudah terbang jauh ke Jepang dan membayangkan aktivitasku disana.
|
Pesawat Garuda Indonesia |
Tak lama kemudian jam 9 malam, pesawat yang ku tumpangi beranjak ke cakrawala. Aku duduk terdiam sambil melihat pemandangan keluar jendela. Terlihat bandara Juanda yang lambat laun pudar dan menghilang ditelan oleh hitamnya malam itu. Ternyata suasana malam itu sangat indah ketika aku baru terbangun dari anganku dan melihat keadaan cakrawala di luar jendela. Suasana malam yang cerah, tanpa mendung yang berarti, rembulan yang bersinar, dan bintang-bintang yang bertaburan di lautan hitam. Aku merasa seolah-olah terbang sendiri seperti superman. Namun aku tergagap karena seorang bidadari pesawat yang cantik jelita datang kepadaku membawakan makanan dan minuman untukku. Sambil makan dan minum aku masih melihat suasana cakrawala melalui jendela.
|
Tempat duduk di Garuda Indonesia |
Tak terasa aku sudah tertidur dengan pulasnya setelah meranjak terbang dari bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Dan akhirnya aku terbangun tepat pukul 5.17 ketika kulihat jam tanganku. Namun aku baru menyadari ketika melihat suasana keluar jendela, ternyata suasana diluar sudah pagi. Matahari pun menengadahkan sinar-sinarnya. Aku terbangun dengan tatapan bidadari pesawat di sampingku dengan membawa coklat panas dan kue. Dalam sisa perjalanan ke bandara Narita, aku menghabiskannya dengan membaca buku sambil mendengarkan music serta sesekali aku menengok keluar untuk melihat-lihat suasana diluar jendela.
Tak terasa perjalanan yang panjang dan menyenangkan telah berakhir dan aku tiba di bandara narita tepat pukul 9 pagi waktu Tokyo, tepat sesuai jadwal yang diberikan padaku. Selanjutnya aku mencari barang-barangku dan aku segera menuju bis limousine yang sudah menungguku beserta penumpang lainnya untuk keluar dari bandara Narita.
Setelah sampai di terminal, aku mencari-cari sebuah taksi yang cocok untuk mengantarku. Tak lama kemudian, salah satu taksi yang berada di terminal menjadi pilihanku. Aku memaskukkan barang-barangku ke dalam bagasi taksi dan sebagian yang penting aku bawa termasuk dompet dan
passportku. Aku bilang kepada sopir taksinya untuk mengantarku keliling kota sebentar dan mengantarku ke Tokyo Prince Hotel. Karena aku sudah memesan kamar di hotel tersebut sebelum aku berangkat ke Tokyo. Hotel itu dekat dengan Tokyo Tower dan dari kamar aku bisa memandangi kemolekan serta suasana di sekitar Tokyo Tower. Karena itu aku sengaja memlilih Tokyo Prince Hotel sebagai tempat tinggalku untuk sementara waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk memesan kamar Twin Bed and Breakfast selama 3 hari kedepan sebesar 60,000 yen. Sedangkan harga yang harus kubayarkan untuk jasa taksi yang telah megantarku sebesar 22,350 yen.
|
Tokyo Prince Hotel dan Tokyo Tower |
Setelah sesampainya di hotel aku menuju ke restoran untuk santap siang. Baru setelah itu aku beranjak ke lobi untuk check-in kamar hotel yang telah aku pesan sebelumnya. Sambil menunggu proses administrasinya aku melihat-lihat sisi kanan-kiriku. Di lobi ternyata banyak orang-orang bersetelan jas yang sedang duduk-duduk di kursi sambil menunggu client mereka. Hotel ini memang terkenal dan cocok pula untuk menjamu para client dari perusahaan-perusahaan besar yang ada di sana. Tak lama kemudian bengongku pun terselesaikan oleh petugas hotel yang menyerahkan kunci kamar padaku. Dan langsung setelah menerima kunci aku segera menuju ke kamarku. Petugas hotel pun membantu membawakan barang-barangku ke kamar.
|
Kamar Tokyo Prince Hotel |
Di kamar, aku merebahkan badan setelah membuka jendela dan melihat-lihat keadaan sekitar diluar jendela itu. Karena badanku sangat lelah dan butuh istirahat. Walaupun di pesawat aku sudah tidur dan cukup nyaman, namun itu belum cukup bagiku untuk menyegarkan badan ini. Alhasil pun aku tidur beberapa saat agar bangun nanti aku dapat menikmati suasana hotel dan sekitar dengan badan yang segar dan nyaman.
Setelah aku terbangun, aku bersiap-siap untuk mandi serta memesan minuman dan makanan ringan ke pelayanan hotel. Di balkon luar jendela, aku menikmati suasana sore hari kota Tokyo yang segar nan indah dan menyejukkan hati dan pikiran.
Sebelum petang melanda Tokyo, aku segera turun ke lobi dan keluar dari hotel untuk jalan-jalan ke Tokyo Tower. Untuk naik ke Tokyo Tower aku mengeluarkan uang sebesar 1,420 yen, memang mahal karena aku naik sampai ke puncaknya. Kalau tidak naik sampai puncak –naik hanya setengah tingginya– tidak semahal itu, hanya mrngrluarkan uang kira-kira sebesar 800 yen. Dari Tokyo Tower aku dapat melihat pemandangan sekitar Tokyo Tower, keramaian kota Tokyo, indahnya suasana cakrawala Tokyo ketika senja meranjak petang, dan terlihat pula Prince Hotel Tokyo –hotel tempat aku menginap.
|
Tokyo Tower |
Setelah puas jalan-jalan di sekitar Tokyo Tower aku mencari restoran yang berada di sekitar daerah tersebut untuk santap malam. Tak lama aku mencari dan memilih akhirnya aku menemukan tempat yang cocok dan memuaskan seleraku. Kali ini aku mencoba makanan jepang seperti ramen dan sashimi. Ramennya sangat lembut dan enak sekali, sedangkan daging sashiminya sangat lembut sampai-sampai tidak terasa kalau mengunyah dagingnya. Katanya orang jepang makan daging sashimi itu lebih enak lagi dicampur dengan sake, namun aku tidak mencobanya. Karena hanya dengan apa adanya sashimi yang dihidangkan itu saja sudah cukup bagiku untuk merasakan kelezatan dari sashimi asli Jepang.
Setalah santap malam dan puas jalan-jalan sambil membeli jajan, aku kembali ke hotel untuk beristirahat. Karena sudah terlalu banyak makanan yang kumasukkan ke mulutku, aku tertidur pulas sekali malam itu. Sampai jam 5 pagi waktu Tokyo aku terbangunkan oleh sepercik suara angin dari luar jendela. Dan aku bersegera ke jendela untuk melihat gerangan yang terjadi. Ternyata tidak ada apa-apa dengan jendelanya, hanya anginnya terlalu kencang untuk memeluk jendela kaca yang tidak terlalu tebal itu.
|
Tokyo Disneyland |
Paginya aku pergi ke Tokyo Disneyland untuk bermain-main dengan menggunakan kereta dengan biaya sebesar 7,800 yen. Aku bermain seharian di Tokyo Disneyland sampai petang melanda kota Tokyo. Namun sebelum berangkat ke disneyland aku sarapan dulu di hotel, karena itu merupakan paket pelayanan dari kamar yang aku sewa. Di Tokyo Disneyland aku bermain macam-macam sampai aku tak ingat aku bermain apa saja dan mengunjungi apa saja. Yang aku ingat hanya beberapa tempat saja seperti Theatre Orleans, Gadget’s Go Coaster, Space Mountain, dan Tom Sawyer Island Rafts. Yang lainnya sudah dalam kenanganku saja, tak ada dalam pikiranku yang bisa kuingat. Yang jelas pada hari itu aku mengeluarkan uang sebesar 6,200 yen untuk bermain selama seharian di Tokyo Disneyland dan untuk makannya aku menghabiskan uang sebesar 15,290 yen.
Sebenarnya aku ingin ke Tokyo DisneySea, namun karena dalam satu hari tidak boleh ke keduanya maka dari itu aku menggugurkan niatku itu. Setelah puas dan lelah bermain di Tokyo Disneyland, aku menelpon taksi untuk mengantarku ke hotel dengan biaya sebesar 20,150 yen. Dan sesampainya di hotel aku langsung menuju kamar sambil memesan makan malam dan beristirahat sampai pagi menjelang.
Pada hari ketiga di Tokyo, aku pergi ke salah satu perguruan tinggi yang ada di Tokyo untuk melihat proses pembelajaran dan bertanya-tanya tentang beasiswa kesana. Aku pergi kesana menggunakan kereta dengan biaya sebesar 5,210 yen. Terkadang aku juga mengobrol dan bertanya-tanya kepada mahasiswa asli dan asing yang sedang belajar disana.
|
Gunung Fuji |
Setelah itu aku mencari taksi untuk menganrtarku ke Fujiyama. Aku mengeluarkan uang sebesar 438 yen untuk ongkos taksi yang telah berjasa mengantarku. Aku bersantai-santai dan makan siang di kaki gunung Fuji selama beberapa saat. Setelah itu aku mencoba mendaki ke puncak namun aku hanya sampai di pos pertama karena kemarin aku tidak persiapan jadi aku terlalu lelah. Dan akhirnya aku pergi ke puncak dengan lift yang telah disediakan. Disana aku melihat pemandangan gunung yang diselimuti oleh kota-kota yang ramai. Sungguh indah sekali yang menciptakan dunia ini, itu yang kukatakan ketika melihat pemandangan itu. Setelah puas berada di gunung Fuji, aku langsung mencari taksi untuk kembali lagi ke hotel.
Begitu sampai di hotel aku langsung memesan makanan untuk santapanku di malam itu. Begitu lemas dan puas menyantap makan malam, aku ke luar jendela sebentar dan langsung tidur. Agar besok paginya aku bisa bangun lebih cepat untuk beres-beres dan check-out.
|
Shinkansen Nozomi |
Setelah aku puas berjalan-jalan di hiruk pikuk kota Tokyo dan segenap bumbunya, paginya aku beralih ke kawasan yang paling tua yaitu Nara. Aku meminta sopir taksi untuk mengantarku ke stasiun Tamachi, Tokyo dengan upah sebesar 3,025 yen. Kemudian sesampainya aku di Tamachi stasiun, aku naik kereta Keihintohoku Line dan membayar 8,510 yen. Setelah itu di Shinagawa, aku berganti kereta ke shinkansen Nozomi No.39 dengan upah 10,180 yen. Di Shin-Osaka aku berganti kereta lagi dengan Nara Line. Dalam perjalanan aku gunakan untuk istirahat sambil mendengarkan musik.
|
Taman Isuien |
Setelah sampai di stasiun, aku mencari taksi untuk mengantarku ke taman Isuien. Karena bukanya sampai jam setengah 5 sore, aku bergegas kesana untuk relaksasi dan melihat pemandangan sore hari di kota tua Nara. Biaya masuk taman Isuien sebesar 650 yen. Aku jalan-jalan sambil melihat suasana sekitar taman dan orang-orang yang sedang berkunjung pada sore itu. orang-orangnya ramah dan menyenangkan sekali jika diajak berbicara.
Setelah beberapa waktu lamanya aku berada di taman Isuien, aku merasa waktunya untuk pergi ke hotel Nara. Karena aku telah memesan kamr Twin untuk menginap malam itu. Aku kembali mencari taksi untuk mengantarku ke hotel Nara dengan biaya 381 yen. Sesampainya di hotel aku menyelesaikan administrasi yang belum terselesaikan. Aku memilih hotel Nara karena dekat dengan tempat-tempat yang ingin aku kunjungi, fasilitasnya bagus, dan akses ke stasiun lebih mudah. Dan ketika aku lelah, aku bisa memesan jasa pemijatan yang disediakan oleh hotel tersebut. Aku telah memesan kamar Twin dengan harga 825.940 rupiah. Stelah aku check-in dan meletakkan barang-barangku, aku mandi dan bersiap untuk jalan-jalan keluar hotel untuk mencari santapan buat makan malam dan melihat atmosfer kota tua Nara.setelah itu aku kembali lagi ke hotel dan beristirahat sampai pagi mejelang.
|
Kuil Kofukuji |
Paginya aku bangun tepat jam 5 dan langsung bersiap untuk beraktivitas di hari itu. sebelum berangkat aku menyantap makan pagiku yang telah disediakan oleh pihak hotel. Tentu saja sekaligus check-out dari hotel. Dan tempat pertama yang aku kunjungi adalah kuil Kofukuji. Karena kuil itu digunakan oleh keluarga Fujiwara, dimana keluarga terkuat selama zaman Nara dan Heian. Biaya yang harus dibayarkan untuk masuk ke Treasure House adalah 500 yen, sedangkan untuk masuk ke Eastern Golden Hall adalah 300 yen. Sedangkan perjalanan kesana dapat ditempuh dengan jalan kaki.
Setelah puas berkekecimpung dengan kuil keluarga Fujiwara, aku beranjak ke Museum Nasional Nara. Museum ini terletak di Nara Park. Dari kuil Kofukuji bisa dicapai dengan jalan kaki. Museum ini menyuguhkan seni dan budaya orang-orang Buddha yang ada di Jepang. dengan uang 500 yen, aku dapat memasuki museum ini beserta kedua sayapnya. Setelah itu aku merasa lapar dan mencari makanan untuk santap siang.
|
Kuil Kofukuji |
Setelah melihat-lihat apa yang ada disana dan makan siang aku beralih lagi ke kuil lainnya, yaitu kuil Todaiji. Disini adalah tempat diadakannya acara upacara perayaan agama Buddha. Kuilnya sangat besar dan indah. Harga yang harus dibayarkan untuk memasuki kuil ini adalah 500 yen.
Setelah puas dengan kuil dan museum di Nara, aku menuju ke stasiun Nara dengan menggunakan taksi. Harga yang harus dibayarkan adalah 584 yen. Setelah itu aku naik kereta Kansai Line(JR West) dengan biaya 450 yen dan dilanjutkan naik bus dengan biaya sebesar 620 yen untuk pergi ke bandara Itami.
|
Hotel Gracery Sapporo |
Setelah sampai di bandara Itami, aku naik pesawat domestik Airline J-AIR2019 dengan biaya 43,500 yen untuk penerbangan ke bandara Shin-Chitose. Setelah sampai di bandara Shin-Chitose, aku naik kereta Airport No.221 dengan biaya 1,040 yen. Setelah itu berjalan sampai di Hotel Gracery Sapporo dan memesan kamar Ranjang Double Kecil yang berharga 1.439.164 rupiah. Begitu aku dapat kuncinya aku segera beranjak ke kamar dan langsung beristirahat. Karena keadaan diluar sangat dingin dan badanku sudah pegal semua.
Esokan harinya, aku bangun jam 5 lebih 18 menit. Aku membuka jendela dan melihat hamparan salju meliuk-liuk di mataku. Aku serasa mimpi berada di Hokkaidou pada musim dingin. Beberapa lama aku terngiang oleh suasana kampungku yang tropis dan tak ada salju sedikitpun. Setelah aku terbangun dari lamunanku, aku segera menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berkelana di kota Hokkaidou.
Hari pertama di Hokkaidou membuatku sedikit syok karena suhunya yang dingin. Namun itu tidak menjadi halanganku untuk berpetualang. Untuk kunjungan pertama, aku pergi ke Kebun Binatang Asahiyama yang ada di Asahikawa. Jalan kaki terlebih dahulu ke stasiun Sapporo, terus naik kereta Super Kamui No.23 dengan biaya sebesar 2,730 yen san biaya tambahan sebesar 2,460 yen untuk memilih yang ekspres. Selanjutnya transit di stasiun Asahikawa dan pindah kereta Sekihoku Line. Setalah sampai di stasiun Kita-hinode, aku mencari bus no.41 untuk mengantarkan aku ke Kebun Binatang Asahiyama dengan biaya 400 yen.
|
Beruang Kutub |
|
Beruang Kutub |
|
Penguin |
Biaya yang dikeluarkan untuk memasuki Kebun Binatang Asahikawa sebesar 800 yen. Buka mulai dari jam 10.30 pagi sampai 15,30 sore pada waktu musim salju. Banyak sekali binatang-binatang yang hidupnya terawat namun tidak terkukung oleh sarana san prasarana yang telah disediakan. Seperti beruang kutub, ikan, domba, serigala, dan lain sebagainya. Suasana pagi itu sangat dingin tapi binatang-binatang yang ada disana sangat menikmati suasana itu serta dikerumuni oleh banyak orang. Setelah melihat binatang-binatang itu aku men jadi lapar. Kemudian aku berjalan kaki ke Ramen Village di dekatnya Kebun Binatang Asahiyama. Disana aku makan 2 mangkuk ramen yang per mangkuknya seharga 800 yen. Ramennya enak sekali. Kalau bisa aku bawa pulang, pasti penjualnya sekaligus aku bawa pulang ke rumah.
Setelah kenyang, aku mencari taksi untuk mengantarku ke stasiun Kita-hinode dan langsung naik kereta Sekihoku Line dengan biaya 1,600 yen. Diteruskan dengan kereta Okhotsk No.6 dengan biaya 1,810 yen dan lagi dengan kereta Karikachi hingga sampai di stasiun Moshiri. Dari stasiun Moshiri ke daerah sungai Ishikari aku naik taksi seharga 836 yen.
Di daerah sungai Ishikari banyak sekali bangunan pahatan yang terbuat dari es. Ternyata indah sekali pahatan es yang tidak mencair oleh sinar matahari. Pantulan dan biasan sinar yang diakibatkan oleh pahatan es yang bening itu menyilaukan sekitarnya. Aku berada di daerah itu lama sekali sampai malam tiba dan tak terasa perutku sudah keroncongan. Sehingga aku melihat-lihat sekitar tempat itu untuk mencari makan malam.
Setelah makan malam dan jalan-jalan sejenak, aku mencari taksi untuk mengantarkan aku ke staiun Moshiri. Kemudian aku naik kereta Nemuro Line seharga 2,100 yen dan dilanjutkan dengan kereta Super Kamui No.36 dengan biaya sebesar 1,810 yen. Sesampainya di stasiun Sapporo, aku menuju hotel dengan jalan kaki. Ketika sampai di kamar dan setelah rehat sejenak, aku memesan jasa pemijatan yang disediakan oleh pihak hotel dengan biaya 238 yen. Dan akhirnya aku tidur pulas sampai jam 5 pagi.
|
Gedung Runtuh |
|
Gedung Rusia |
|
Istana Es |
Di pagi hari itu, aku memulainya dengan membuka jendela kamarku, ternyata aku masih di Hokkaidou. Aku berpikir bahwa yang kemarin aku temui hanya dalam mimpi, tapi ternyata bukan. Hari itu hari terakhirku di Hokkaidou. Sebelum berangkat jalan-jalan, aku check-out dari hotel terlebih dahulu. Aku tidak pergi kemana-mana pada hari itu karena di sekitar Sapporo sendiri ada matsuri yang digelar, yaitu Yuki Matsuri. Yuki Matsuri adalah festival terbesar yang ada di Hokkaidou. Perayaannya diadakan selama satu minggu di daerah Odori, daerah Susukino, dan daerah Tsu Dome. Aku sangat menikmati suasana hari terakhir di Hokkaidou pada waktu itu.
|
Dinosaurus |
Tak terasa sudah hampir larut malam. Aku segera beranjak ke stasiun Sapporo dengan menggunakan jasa taksi sebesar 280 yen. Dan kemudian aku langsung naik kereta Airport No.160 dengan biaya 1,040 yen dan biaya tambahan sebesar 300 yen. Sesampainya di bandara Shin-Chitose aku naik pesawat Airline JAL2016 dengan biaya 43,500 yen untuk terbang ke Osaka. Setelah sampai di bandara Itami, aku naik Osaka-Monorail seharga 420 yen diteruskan dengan Hankyu-Kyoto Line yang harganya 310 yen. Kemudian setelah sampai di Kyoto, aku berganti kereta Kyoto City Subway-Karasuma Line dengan biaya 210 yen dan diteruskan dengan kereta Kyoto City Subway-Tozai Line. Setelah sampai di Nijojo-Mae aku berjalan ke hotel Ana dan memesan kamar Standard Room (Best Flex Rate) yang harganya 16.230 yen. Setelah aku mendapatkan kunci kamarku, aku langsung menuju ke kamar dan memesan makanan untuk makan malam. Setelah itu aku langsung mandi dan istirahat.
Paginya aku bangun lebih awal dari biasanya, jam 4 pagi karena sudah tidur dalam perjalanan naik pesawat malam sebelumnya. Hotel yang kutempati saai itu dekat dengan stasiun Nijojo-Mae dan kuil Nijijo. Begitu aku bangun, langsung mandi dan bersiap-siap untuk berkelanan ke Osaka. Tentunya memesan makan pagi lebih awal dari biasanya. Kemudian aku berjalan ke stasiun Nijojo-Mae dan naik kereta Kyoto City Subway-Tozai Line seharga 250 yen diteruskan dengan kereta Kyoto City Subway-Karasuma Line. Selanjutnya di Kyoto naik kereta Tokaido-San-Yo Line seharga 780 yen diteruskan dengan kereta Osaka Loop Line sampai ke stasiun Osakajokoen.
|
Kastil Osaka |
|
Kastil Osaka pada malam hari |
Setelah tiba di stasiun Osakajokoen, aku langsung pergi ke Kastil Osaka yang berada di depan stasiun. Biaya masuknya sebesar 600 yen dan biaya untuk taman Nishinomaru sebesar 200 yen. Aku senang dengan benda-benda bersejarah. Benda tua belum tentu jelek dan harus dibuang, seharusnya benda tua itu dirawat supaya tidak kelihatan jelek. Seperti Kastil Osaka ini, walaupun umurnya sudah tua tapi kondisinya masih bagus dan keadaan sekitarnya pun bersih serta terawat.
|
Museum Sejarah Osaka |
|
Lorong di Museum Sejarah Osaka |
Selanjutnya aku mencari makan siang karena aku sudah merasa lapar. Setelah itu aku beralih ke Museum Sejarah Osaka yang berada di dekatnya Kastil Osaka. Walaupun dari luarnya kelihatan modern dan tidak terlihat seperti museum sejarah, tapi dalamnya terasa sekali nuansa sejarahnya. Aku seperti berada di zaman Heian, Edo, Nara, dan lain-lain. Di lantai dasar dari museum ini terdapat toko, restoran, dan lobinya juga. Pengunjung yang datang langsung dibawa ke lantai paling atas sendiri, selanjutnya turun dari satu lantai ke satu lantai. Biaya yang dikenakan untuk memasuki museum ini sebesar 600 yen.
|
Artefak di Museum Sejarah |
Setelah itu aku pergi ke Museum Sains Osaka yang berada di daerah Nakanoshima. Aku langsung berjalan ke stasiun Tanimachiyonchome terus naik kereta Osaka City Subway-Tanimachi Line seharga 200 yen diteruskan dengan kereta Osaka City Subway-Yotsubashi Line. Setelah sampai di Higobashi aku berjalan ke Museum Sains kira-kira selama 7 menit lamaya.
|
Museum Sains Osaka |
Museum Sains ini didesain berdasarkan imajinasi dari anak kecil di Jepang. Dan pengunjungnya pun datang dari berbagai belahan penjuru dunia, baiki dari negara-negara eropa, amerika, asia maupun afrika. Di Museum ini ada Planetarium dengan 4 pertunjukan harian dan Imax Dome Theater yang sering disebut Omnimax. Suasana sainsnya sangat terasa ketika aku mulai memasuki pintu depan museum. Aku layaknya seorang profesor yang sedang ke laboratorium untuk sebuah proyek. Semuanya sepadan dengn uang yang harus kubayarkan untuk masuk ke museum ini, yaitu 400 yen belum termasuk ke Omnimax dan Planetariumnya.
|
Planetarim Museum Sains Osaka |
Setelah keliling-keliling, aku kembali lagi ke hotel di Kyoto dengan kereta Keihan-Nakanoshima Line yang berangkat dari stasiun Watanabebahi seharga 460 yen. Kemudian sampai di Sanjo, Kyoto berganti kereta Kyoto City Subway-Tozai Line dengan harga 210 yen. Setelah sampai di stasiun Nijojo-Mae aku berjalan sampai ke hotel.
Begitu aku ke lobi, sekaligus aku memesan makanan untuk makan malam. Sesampainya di kamar, aku istirahat sejenak dan menunggu makanan yang ku pesan datang. Begitu makanannya datang, aku langsung melahapnya tiada ampun. Setelah itu aku mandi lalu tidur.
|
Kinkakuji |
Pagi hari aku bangun sekitar jam 5 dan segera ke kamar mandi untuk mandi terus bersiap-siap untuk berkelana di Kyoto. Kinkaku-ji menjadi tempat pertama yang kupilih karena aku penasaran dengan emas yang menyeliputi kuil tersebut. Oleh karena itu, aku mencari taksi untuk mengantarkan aku kesana. Jika menggunakan kereta api berkali lipat lebih lama daripada dengan taksi. Biaya yang harus dibayarkan untuk membayas taksi sebesar 528 yen.
|
Stepa Buddha di Kinkakuji |
Sesampainya di Kinkaku-ji, aku segera membayar biaya masuk sebesar 400 yen. Kuil ini dulunya adalah vila penyendirian shogun Ashikaga Yoshimitsu yang sering disebut Rokuonji. Dan sesudah kematiannya vila ini menjadi kuil zen. Kinkakuji dibangun oleh cucu dari shogun Ashikaga Yoshimitsu yaitu Ashikaga Yoshimasa yang inspirasinya datang dari Ginkakuji yang berada di kota Kyoto juga. Di tempat inilah aku banyak mempelajari tetang shogun Ashikaga Yoshimitsu.
Setelah lama berkutat dengan Ashikaga Yoshimitsu dan keluarganya, aku pergi ke tempat yang lainnya. Karena aku bosan setiap hari pergi ke tempat wisata, kali ini aku pergi ke Kyoto Institute of Technology. Aku mencari taksi lagi untuk mengantarku kesana dengan biaya 285 yen. Disana aku bertanya-tanya tentang beasiswa belajar disana dan metode belajar-mengajar disana. Aku juga mengobrol dengan beberapa mahasiswa asing yang ada disana tentang responsiv orang jepang terhadap orang asing yang belajar seperti mereka. Karena rasa penasaranku dn sekaligus aku mencicipi makanan disana dan ternyata beda sekali dengan kualitas makanan di Indonesia.
|
Kastil Nijo |
|
Ruangan Dalam |
Selanjutnya aku pergi ke Nijojo dengan menggunakan taksi yang seharga 448 yen. Nijojo dibangun pada tahun 1603 sebagai tempat tinggal shogun pertama di jaman Edo, Tokugawa Ieyasu. Cucunya Iemitsu menyempurnakan kastil ini 23 tahun setelah itu. Kastil Nijojo terdapat beberapa bagian seperti Honmaru (lingkaran pertahanan utama), Ninomaru (lingkaran pertahanan sekunder), dan banyak taman yang berada diantara lingkaran Honmaru dan Ninomaru. Lingkaran dan kastil ini dikelilingi oleh dinding Batu. Setelah puas berkelana di kastil Nijojo dan jalan-jalan di kota Kyoto sebentar, aku kembali ke hotel Ana dengan jalan kaki.
|
Pertemuan Shogun |
Setelah sampai hotel aku memesan makan malam terus langsung ke kamar dan mandi. Tak lama setelah aku selesai mandi, makanan yang kupesan telah datang di hadapanku. Akhirnya aku makan di balkon kamarku sambil memandangi suasana kastil Nijojo dan hiruk pikuk malam hari kota Kyoto. Setelah itu aku tidur sampai fajar menjemputku.
Pagi hari jam 5 pagi, aku terbangun oleh suara kicauan burung yang hinggap di balkon kamarku. Terus aku beranjak untuk mandi dan bersiap-siap untuk berpetualang lagi di kota Kyoto. Karena hari ini adalah hari terakhirku, aku menyelesaikan administrasi kamar hotelku dan keluar dari hotel. Kemudian aku beranjak ke stasiun Nijojo-Mae untuk naek kereta Kyoto City Subway-Tozai Line dengan harga 210 yen dan dilanjutkan dengan kereta Keihan Line seharga 150 yen sampai di stasiun Kiyomizu-Gojo. Sesampainya di stasiun Kiyomizu-Gojo aku naik taksi ke Kiyomizudera seharga 560 yen.
|
Kiyomizudera |
|
Air Terjun Otowa |
Begitu sampai di kiyomizudera, aku membayarkan uang sebesar 300 yen untuk dapat masuk ke Kiyomizudera. Kiyomizudera juga sering disebut Wooden Stage karena halaman utamanya. Ketika musim semi, pemandangan di Kiyomizudera sangat memukau. Daun-daun dari pepohonan Momoji dan Sakura menjadi sorotan terindah sepanjang mata melihat. Pada saat itu sembilan bangunan sedang dalam masa renovasi sampai bulan Maret 2013. Dibelakang gedung utama dari Kiyomizudera berdiri sebuah kuil yang di dalamnya terdapat Batu Cinta, yaitu kuil Jishu. Dimana batu itu dipercaya dapat membantu menentukan kecocokan sepasang kekasih. Namun aku tidak percaya akan hal itu, jadi aku kesana untuk melihat dan mengaguminya saja. Di gedung utama Kiyomizudera terdapat air terjun Otowa yang airnya dapat diminum oleh pengunjung. Disekeliling pintu masuk dan diluar area Kiyomizudera terdapat kuil Buddha juga. Setelah puas di Kiyomizudera aku beralih lagi ke tempat terakhir yang aku kunjungi di Kyoto, yaitu kuil Yasaka. Sebelum ke kuil Yasaka aku mencari tempat untuk santap siang terlebih dahulu. Lalu aku pergi ke kuil Yasaka dengan jalan kaki.
|
Kuil Yasaka |
Setelah tiba di kuil Yasaka aku langsung masuk begitu saja ke kuil Yasaka tanpa membayar uang sepeserpun. Kuil Yasaka ini merupakan pusat dari festival-festival yang diadakan di Kyoto. Kuil ini terkenal dengan festival musim panas dan juga sering disebut sebagai kuil Gion, karena perayaan Gion diadakan di kuil ini. Festival Gion adalah festival terbesar tidak hanya di kota Kyoto namun juga di Jepang. oleh karena itu kuil Yasaka ini menjadi sangat familiar dengan masyarakat Jepang. Kuil Yasaka ini didirikan sekitar 1350 tahun yang lalu. Halaman utama dari kuil ini adalah kombinasi dari Honden (ruang dalam) dan Haiden (aula penawaran). Di depannya ada panggung dansa dengan ratusan lampu yang menyala saat malam tiba. Di setiap lampunya tertuliskan nama pebisnis lokal yang memberikan donasi. Begitu selesai dengan kuil Yasaka aku langsung pergi ke stasiun Gion Shijo dengan menggunakan Keihan Line.
Setelah tiba di stasiun Gion Shijo aku naik kereta Keihan Line seharga 400 yen menuju Yodoyabashi. Setelah sampai di Yodoyabashi, aku naik kereta Osaka City Subway-Midosuji Line seharga 200 yen dan dilanjutkan dengan kereta Nankai Line seharga 390 yen sampai bandara Kansai. Sesampainya di bandara Kansai, aku menuju penerbangan ke Indonesia dengan pesawat Garuda Indonesia GA883 seharga 240,950 yen.