Adsense IndonesiaAdsense IndonesiaAdsense IndonesiaAdsense IndonesiaAdsense IndonesiaAdsense Indonesia

Legend Story

>> 

Kali ini hal –hal yang baru akan saya sajikan untuk anda lihat di website pribadi saya. Kalo nanti bahasannya cuman hal – hal itu saja orang yang berkunjung pasti bosan melihatnya. Jangankan membaca isinya, hanya untuk melihat saja enggan apalagi untuk membacanya. Betul apa kagak??
Kali ini kami akan menyajikan sebuah serita yang nantinya mungkin menjadi pertimbangan untuk plihan – pilihan selanjutnya atau cuman untuk sekedar hiburan garatis alias gratis alias free alias tanpa biaya. (Kebanyakan alias yahh…) Kali ini saya akan cerita tentang seorang yang menjadi sunan di daerah pulau Jawa. Bukan daerah yang selain pulau Jawa. Coba baca cerita saya kali ini dan mungkin akan bersambung. Jadi tolong dibaca dan jangan malas untuk mengunjungi rutin website saya.
Inilah ceritanya…..!!!!

LEGEND OF SUNAN KALIJAGA
Sekitar tahun 1500-an di kerajaan Demak, seorang raja yang bertahta pada saat itu mempunyai seorang anak yang sangat bandel dan sulit untuk diatur. Anak dari raja tersebut bernama Raden Mas Said. Dia waktu itu berumur sekitar 7 tahunan akan tetapi kenakalannya sudah tidak dapat untuk dibela lagi bagi anak yang sebeyanya.
Pada suatu hari, Raden Mas Said pergi dari area istana untuk bermain dengan teman – temannya. Di luar kerajaannya dia melihat – lihat sekelilingnya yang sangat indah, pasar yang ramai oleh penjual dan pembeli yang sedang tawar menawar, lapangan yang dipenuhi oleh anak – anak yang sedang bermain bola dan lain – lainnya. Dia sangat iri dan terkagum akan suasana di luar kerajaan.
Akan tetapi hingga dia sampai di suatu kawasan yang tidak diketahuinya itu yang merupakan daerah pinggiran dari kerajaan Demak. Dia seraya terkejut melihat kondisi rakyatnya yang sedang kelaparan dan sangat memerlukan bantuan dari orang lain. Dia sangat prihatin atas kejadian yang sedang dilihatnya itu dan ingin sekali untuk membantunya.
Pada saat dia sampai di area kerajaan dia langsung ke gudang makanan dengan mengendap – endap tanpa menemui ayahandanya dan meminta izin terlebih dahulu untuk mengambil sebagian makanan dari gudang dan diberikan kepada rakyat yang memerlukan bantuan tadi, akan tetapi dia langsung begitu saja mengambil beberapa kantung makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang terletak di kawasan pinggiran kerajaan Demak tadi. Walaupun itu perbuatan yang didasari niat yang baik akan tetapi perbuatan itu tetap tidak baik karena perbuatan mengambil barang yang miliknya adlah tetap mencuri namanya, walaupun niat yang dilakukan si Raden Mas Said ini benar. Perbuatannya itu tercium oleh penjaga gudang dan disampaikan langsung kepada ayahandanya.
Karena ayahnya adalah raja yang tegas dan sangat mematuhi hukum yang berlaku maka anaknya tetap diberi hukuman yang setimpal dan tidak membeda – bedakannya, walaupun itu anaknya sendiri. Karena perbuatan mencurinya tadi dia dijatuhi hukuman potong tangan. Tangan yang digunakan untukmencuri tadi dipotong jarinya. Akan tetapi para penasehat kerajaan memohonkan ampun untuknya, tapi baginda raja masih bersikeras untuk memotng jari anaknya itu hingga seluruh penghuni istana memohonkan ampun untuk Raden Mas Said yang tidak berdaya dihadapan ayahnya itu. Dan pada akhirnya, sang baginda raja yakni ayahanda Raden Mas Said, meringankan hukuman yang ditanggung oleh anaknya, Raden Mas Said. Dia tidak akan dipotong tangannya akn tetapi dia harus menjalani masa rehabilitasi di sebuah pondok pesantren. Dan dia diasuh oleh seorang guru yang bernama Sunan Muria.
Dibawah asuhan Sunan Muria dia menjadi lebih baik dan menjadi lebih dewasa. Dia sudah bias membaca Al-Qur’an dengan benar dan lancer, bahkan suaranya sangat merdu ketika dia membacanya. Sholat wajibnya sudah mulai rutin dan sudah mengerjakan amalan-amalan sunnah. Ayahandanya pun sangat bangga padanya.
Pada waktu dia bermain – main dilapangan bersama teman – temannya, dia kehilangan teman – temannya dan mencearinya sampai ke hutan. Setelah sampai di hutan dia menolong seorang orang tua yang sedang kesusahan. Dia menolongnya dan diantarnya sampai ke rumahnya. Ternyata orang tua itu tinggal di tengah – tengah hutan. Dan dia mulai merasa nyaman tinggal disan bersama orang itu. Disana dia diajari ilmu beladiri dan kanuragan. Dan Raden Mas Said diangkat menjadi muridnya. Jam demi jam, hari demi hari,siang dan malam pun silih berganti, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dia belajar ilmu beladiri dan kanuragan serta ilmu tenaga dalam kepada gurunya itu. Beberapa tahun hingga ia telah beranjak dewasa dia sudah menuntut ilmu dari orang yang ditolongnya.
Pada suatu hari ia dipanggil gurunya dan diajak gurunya berbincang – bincang. Tanpa tersadar ia telah merima semua ilmu gurunya, dan sang guru berkata kpada muridnya itu,”Hai muridku,aku sudah tua. Semua ilmuku sudah kamu pelajari semua. Sudah aku turunkan semuanya kepadamu. Dan kini aku telah tua dan hanya menunggu saat – saat yang Maha Kuasa mengambil nyawaku saja. Kau sekarang sudah dewasa dan sudah bias mengatur dirimu sendiri. Sekarang ilmumu sudah menyamaiku nahkan lebih dari apa yang kumiliki. Sekarang kau boleh meniggalkan padepokan ini.” Sambil gurunya memberikan sebuah pakaian yang pantas untuk dipakai muridnya tadi yakni pakaian yang seperti ia kenakan sehari – harinya. Dan Reden Mas Said pun menjawab,”Murid tidak akan seperti ini tanpa ada gur yang membimbingku setiap waktu. Murid sangat berterimakasih atas bimbingan dan yang telah guru ajarkan pada murid yang tidak tahu apa – apa ini, dan sekarang menjadi orang karena guru. Sebenarnya murid tidak ingin meninggalkan padepokan guru ini, akan tetapi masih banyak orang yang lebih membutuhkan murid diluar sana.” “akan tetapi jangan lupakan nasehatku ini, jangan kau gunakan ilmumu yang telah ku ajarkan ataupun yang kamu pelajari sendiri untuk hal – hal yang tidak baik. Dan ingat – ingatlah kata – kataku ini tadi selama kau hidup!”,kata gurunya. “Murid pamit dulu guru dan terima kasih. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..”, ucap Raden Mas Said sambil pergi dari hadapan gurunya. “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..”,sahut gurunya.
Kemudian Raden Mas Said pun beranjak meninggalkan gurunya. Dia mulai bingung untuk pergi kemana, karena subenarnya dia tidak punya arah dan tujuan. Sehingga ia berkelana dari desa ke desa dan menolong orang yang membutuhkan bantuannya. Hingga ia sampai di sebuah desa yang letaknya di sebelah pinggiran kerajaan Demak. Ia menemkan sebuah desa yang penduduknya terkena wabah penyakit semua dan banyak yang meninggal karena kelaparan. Ia pun terkejut dan merasa kasihan dengan penduduk yang dilihatnya itu. Dalam pikirannya terbesit untuk membantu par penduduk yang kesusahan itu. Kemudian dia menjadi seorang perampok di sebuah jalan. Akan tetapi dia hanya merampok seorang bangsawan yang mempunyai harta yang banyak saja yang biasa didapatkan dari korupsi uang rakyat. Dia tidak mau merampok orang yang bukan bangsawan. Setiap kali ia selesai merampok ia segera ke desa pinggiran itu dan membagikan semua harta yang dicurinya untuk para pensduduk yang sedang mengalami kesulitan itu. Setiap hari ia datang untuk membagi – bagi harta rampokannya itu, sampai ia disebut sebagai seorang pahlawan yang datang dari langit untuk mereka.
Dan sampai suatu hari pada saat ia akan melakukan aksinya itu, ia menemukan seorang bangsawan yang berjalan sendirian tanpa diikuti oleh pengawal – pengawalnya. Pada saat itu ia ragu untuk merampoknya. Ia ragu bahwa yang dilihatnya itu benar – benar seorang bangsawan atau bukan. Karena dia tampak seperti seorang bangsawan, pakaiannya mewah dan terlihat mengkilau. Akan tetapi dia tidak diikuti oleh pengawal – pengawal yang biasanya mengawal para bangsawan pada umumnya. Akhirnya dia membulatkan niatnya untu tetap merampoknya.
Ternyata seorang bangsawan itu adalah Sunan Bonang yang sedang pergi ke sebuah tempat. Akan tetapi Raden Mas Said tidak mengetahuinya. Pada saat dia merampok Sunan Bonang ia ditanya oleh Sunan Bonang,”Apakah yang kau inginkan anak muda?” “Akuingin kau menyerahkan semua hartamu! Harta yang telah kau curi dari rakyatmu! Sekarang juga!”,jawab Raden Mas Said. Kemudian Sunan Bonang berkata,”Sungguh picik pengetahuanmu anak muda.” Kemudian Sunan Bonang mengankat tongkat yang selalu dibawanya itu dan menyihir buah yang ada di sebuah pohon di dekatnya menjadi b uah emas. Raden Mas Said pun terkejut melihat kejadian yang barusanb terjadi di depan matanya itu. Dan seraya ia langsung bersujud untuk meminta maaf kepada Sunan Bonang dan memintanya untuk diangkat menjadi muridnya.
Karena kebijaksanaan Sunan Bonang, maka Raden Mas Said diangkat menjadi muridnya. Untuk menjadi murid dari Sunan Bonang dia diberi tugas yang pertama yang menentukan apakah ia layak untuk menjadi murid dari Sunan Bonang atau tidak. Kemudian dia diajak ke sebuah sungai yang besar. Disana dia disuruh untuk menunggu tongkatnya Sunan Bonang yang ditancapkan di tepi sungai itu. Sunan Bonang berpesan kepada Raden Mas Said,”Jaga tongkat yang ku tancapkan ini dan jangan kau tinggalkan tempat ini sebelum aku menjemputmu nanti kelak. Aku akan kembali lagi untuk menjemputmu.” Kemudian Sunan Bonang beranjak untuk pergi dari tepi sungai meninggalkan Raden Mas Said bertapa di tepi sungai itu sendirian.
Jam demi jam berlalu, siang dan malam silih berganti, hari demi hari telah dilewati dengan cobaan yang datang dan pergi, bulan demi bulan telah meninggalkan Raden Mas Said yang sedang bertapa. Bertahun – tahun ia bertapa disana hanya menuggu tongkat Sunan Bonang dan menunggu kedatangan Sunan Bonang untuk menjemputnya.
Hingga pada suatu hari Sunan Bonang datang untuk menjemput Raden Mas Said. Tanpa disadari oleh Raden Mas Said, Sunan Bonang sudah berdiri dihadapannya. Kemudian Sunan Bonang membangunkan Raden Mas Said dan membantu membersihkan tubuhnya yang penuh dengan tanah dan lumut. Dan kemudian Sunan Bonang memeluk erat muridnya itu. Seraya berkata,”Sekarang engkau bukan muridku lagi. Engkau sudah tak layak menjadi muridku lagi. Sekarang kau menjadi sama derajatnya daripadaku.” Raden Mas Said tersentak kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Sunan Bonang barusan saja. Dia bertanya kepada Sunan Bonang,”Apa yang guru katakan barusan tadi?”Lalu Sunan Bonang Menjawabnya hanya dengan tersenyum saja. Dan Raden Mas Said menampakkan wajah yang bingung dan kemudian bertanya lagi kepada Sunan boning,”Apa yang guru katakan itu memang benar?” Dengan tersenyum yang bercahaya beliau menjawabnya dengan satu kata,”Insya Allah.” Begitu mendengar kata yang diucapkan oleh Sunan Bonang tadi Raden Mas Said baru percaya apa yang dikatakan oleh gurunya barusan tadi. Kemudian Sunan Bonang berkata,”Kau diangkat menjadi Sunan. Sekarang namamu bukan Raden Mas Said akan tetapi adalah Sunan Kalijaga. Dan sekarang kau adalah saudaraku, bukan lagi muridku.” Raden Mas Said, eh Sunan Kalijaga menjawabnya dengan senyum syukur kepada Allah. Kemudian mereka berdua beranjak pergi dari tempat itu bersama – sama.
Mereka berdua berkumpul dengan para sunan yang lainnya di sebuah masjid. Mereka bermaksud untuk membangun sebuah masjid di kerajaan demak. Mereka ingin membangun masjid yang besar untuk para rakyat di kerajaan demak. Yang akan membangun masjidnya adalah para sunan sendiri beserta warga sekitar lokasi tersebut. Mereka bekerja sama untuk mendirikan sebuah masjid. Masjid tersebut sangat besar dan sekarang menjadi masjid terbesar di kerajaan Demak. Masjid tersebut terdiri dari 8 saka guru yang sangat kokoh. Dan ada empat buah kubus masjid kecil mengelilingi kubus atap utama. Ada sebuah saka guru yang dibuat dari serpihan kayu yang sidah tidak terpakai. Orang yang melakukannya adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim. Kesaktian beliau memang diakui oleh sunan – sunan yang lainnya. Selang beberapa hari, masjid yang mereka inginkan telah mempunyai wujud yang sempurna. Setelah beberapa hari bersama, mereka menjadi sebuah keluarga yang besar dan harmonis. Akan tetapi mereka harus berdakwah untuk menyelamatkan umat manusia di muka bumi ini khususnya daerah pulau Jawa.
Akhirnya mereka berpisah untuk berkelana menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur. Berket jasanyalah di daerah Jawa Timur agama Islam dikenal dan berkembang sangat pesat. Karena di Jawa Timur penduduknya masih kental akan agama Hindu dan Budha, maka cara berdakwah Sunan Kalijaga berbeda dengan yang sunan – sunan lainnya. Beliau memperbolehkan acara selamatan yang seharusnya tidak boleh menjadi boleh, akan tetapi belliau mengubah selamatan yang memakai sesaji untuk setan dan bacaannya banyak yang memuja setan diganti dengan ayat – ayat Al-Qur’an, niatnya pun sudah berbeda ketika mau melakukannya. Sunan Kalijaga juga memakai metode kesenian yang mudah dikenal dan diingat oleh rakyat yang masih awam. Jenis kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga adalah seni wayang kulit dan seni gamelan yang sampai sekarang masih dikenal di daerah Jawa Timur, walaupun sudah tidak dilestarikan oleh anak cucu beliau khususnya rakyat Jawa Timur pada umumnya sehingga keberadaannya sekarang menjadi langka dan jarang ditemui.


Related Posts by Categories



0 Komment:

Related Websites

Vistors

Locations of visitors to this page free counters

Blogger Blog Review at Blogged

Shout Box Comment

  © Roshid Theme by scenica.co.cc 2009

TOP  

skater